Nautica

Mari bersama mencerdaskan anak bangsa dengan berbagi ilmu

Kamis, 08 Oktober 2009

PERIKANAN

PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN
By Ismet Leuge Perlak

Dalam budidaya ikan, serangan penyakit adalah masalah dan aspek yang sangat penting, artinya penanggulangan penyakit dan hama juga harus menjadi pengetahuan yang penting bagi petani ikan dan siapa saja yang hendak membudidayakan ikan. Sebab penyerangan penyakit maupun ganguan hama dapat mengakibatkan kerugian ekonomis.
Serangan penyakit dan ganguan hama dapatr menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat (kekerdilan), padat tebar sangat rendah, konversi pakan sangat tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang berarti meningkatnya biaya produksi. Dan pada tahap tertentu, serangan penyakit dan gangguan hama tidak hanya menyebabkan menurunya hasil panen (produksi), tetapi pada tahap yang lebih jauh dapat menyebabkan kegagalan panen.
Agar para pembudidaya ikan mampu mencegah serta mengatasi serangan penyakit dan gangguan hama yang terjadi pada ikan pemeliharaannya, maka mereka perlu dibekali pengetahuan menyenai sumber penyakit, penyebab, dan jenisnya serta teknik-teknik penanggulangannya.
Permasalahan budidaya ikan antara lain, rusaknya lingkungan hutan mangrove karena pembukaan lahan tambak yang begitu luas serta menurunnya daya dukung lahan karena budidaya ikan dan udang di beberapa tempat mengabaikan daya dukung lahan tersebut. Khusus untuk jenis ikan tertentu, pasokan benih masih mengandalkan hasil penangkapan di alam, sehingga selain pasokan benih terbatas, penangkapan benih telah menyebabkan kerusakan habitat ikan.
Dan masalah yang dianggap sering menjadi penghambat budidaya ikan terbesara adalah munculnya serangan penyakit. Pengalaman dalam dunia perudangan merupakan trauma berkepanjangan, yang hingga saat ini belumterpecahkan secara tuntas. Karena senrangan penyakit dapat menimbulkan kerugian ekonomis, bahkan mengagalkan hasil panan, maka para akuakulturis dan calon akuakulturis perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang penanggulangan hama dan penyakit.
A. PENYAKIT IKAN
Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak lansung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak dating begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjdi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit.
Manusia memegang peranan penting dalam upaya mencegah terjadinya serangan penyakit pada ikan budidaya, baik di kolam, keramba, tambak, maupun di wadah budidaya lainnya, yaitu dengan cara memelihara keserasian interaksi antara tiga komponen di atas. Ini berarti kerugian yang diderita karena serangan penyakit sebenarnya dapat dihindari apabila petani mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai cara menjaga keserasian antara ketiga komponen penyebab penyakit itu.
Penyebab penyakit pada ikan atau peristiwa yang memicu terjadinya penyakit antara lain sebagai berikut :
1. Stress
Semua perubahan pada lingkungan dianggap sebagai penyebab stress bagi ikan dan untuk itu diperlukan adanya adaptasi dari ikan. Beberapa faktor stress, misalnya suhu air dan salinitas, bisa menyebabkan meningkatnya metabolism ikan, bila ikan dipindahkan dari air tawar yang salinitasnya 0 ppt ke tambak atau laut yang salinitasnya di atas 20 ppt tidak secara bertahap maka ikan akan mengalami kesulitan beradaptasi. Faktor lain misalnya transportasi, dapat menyebabkan tekanan pada system kekebalan dan menghasilkan bermacam penyebab meningkatnya penyakit dan kematian pada ikan. Oleh karena itu kadang-kadang ikan diberi obat penenang sebelum ditransportasikan. Ada juga stres disebabkan dari segi makanan atau pakan yang diberikan, seperti yang terjadi pada ikan lele, jika ikan muda (0,5-5,0 gram) diberi makanan lebih dari 5% berat tubuh segar per hari, usus bagian belakang atau bagian tengah pecah menimbulkan penyakit pada peritoneum. Kemudian timbul radang pada dinding perut yang menyebabkan luka yang berasal dari dalam.
Untuk mengurangi stres pada saat penebaran benih harus hati-hati, ikan yang baru ditangkap atau baru didatangkan tidak boleh langsung dicampurkan dengan ikan-ikan yang lama, namun perlu dilakukan adaptasi suhu terlebih dahulu.
2. Kekurangan gizi
Ikan yang kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab penyakit. Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan mengurangi laju pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit. Kekurangan lemak atau asam lemak akan menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat, kesulitan reproduksi, dan warna kulit yang tidak normal. Kekurangan karbohidrat dan mineral jarang terjadi, kecuali yodium yang dapat menyebabkan gondok. Kekurangan vitamin dapat mengakibatkan pertumbuhan menurun, mata ikan redup, anemia, kulit pucat, dan pertumbuhan tulang belakang kurang baik.
Pakan yang tidak seimbang atau komponennya berlebihan juga dapat menimbulkan masalah, seperti kelebihan protein dan lemak dapat menimbulkan penimbunan lemak di hati dan ginjal (lipoid liver degeneration) sehingga ikan menjadi gemuk, nafsu makan berkurang, dan bengkat di sekitar perut. Dan kelebihan karbohidrat juga dapat menyebabkan penimbunan lemak di hati dan organ dalam lainya, rongga perut melebar, insang menjadi pucat, telur tertahan, dan kualitasnya menurun.
Pencegahan dilakukan dengan memberikan ikan makanan yang mengandung gizi lengkap, tidak kelebihan gizi, pemberian makanan cukup, tepat waktu, dan makanan tidak mengandung bahan beracun.
3. Pemberian pakan yang berlebihan
Selain kekurangan gizi sebagai pengebab mudahnya ikan terserang penyakit, pemberian makanan juga mengakibatkan hal yang sama. Ada dua kejadian yang berbahaya bila ikan diberikan pakan yang berlebihan, yaitu ikan mengalami kekenyangan yang berlebihan sehingga usus ikan mudah pecah dan penurunan kualitas air.
Pakan yang berlebihan yang tidak habis dimakan oleh ikan akan tertimbun didasar kolam dan tambak. Dengan demikian akan mempercepat penurunan kualitas air, karena pakan merupakan sumbernbahan organik yang mengalami dekomposisi (terutama protein) akan menjadi ammonia. Sedangkan konsentrasi ammonia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan.
4. Keracunan
Keracunan yang bayak dikenal adalah yang disebabkan oleh ion NO2- dan NH3. Tetapi ini terjadi hanya pada kondisi lingkungan tertentu, misalnya penimbunan lumpur dan sisa pakan yang banyak dikolam atau tambak. Gangguan kesehatan lainnya yang sangat tergantung pada keadaan fisik adalah trauma gelembung gas atau disebut GBT (Gas Bubble Trauma). Penyakit ini terjadi karena air terlalu jenuh dengan gas-gas terutama nitrogen. Tetapi trauma gelembung gas atau GBT juga bisa terjadi karena terlalu jenuhnya oksigen. Terlalu jenuhnya darah dengan gas bisa terjadi misalnya karena penggunakan air yang dipanaskan, air yang disediakan melalui tekanan yang berlebihan, dan pengaliran air menggunakan pompa-pompa yang rusak dan berlubang. Didalam tubuh ikan, dengan kejenuhan darah seperti tersebut di atas, akan timbul suatu gelembung udara dengan tingkat tertentu dan hal ini akan menyumbat kapiler-kapiler darah. Pecahnya kapiler-kapiler ini menghasilkan hemoragik.
Selain keracunan yang disebutkan di atas, kerucunan juga bisa berasal dari pakan. Misalnya dari bahan baku yang digunakan, aktivitas mikroorganisme yang mencemari pakan dan penurunan/ pengrusakan komponen pakan selama penyimpanan. Ketengikan lemak dapat merusak fungsi hati ikan. Mycotoksin dai Aspergilus flavus dapat menyebabkan tumor hati. Beberapa senyawa lainnya yang tidak beracun tetapi dapat menurunkan kualitas pakan antara lain enzim thiaminase yang dapat merusak thiamin (vitamin B1), trypsin inhibitor yang dapat menghambat aktivitas enzim tripsin.
Keracunan juga bisa berasal dari limbah baik limbah rumah tangga seperti ditergen, limbah pertanian seperti pestida maupun limbah industry seprti Cu, Cd, dan Hg serta berbagai bahan pencemaran lainnya. Kesemuanya ini pada konsentrasi tinggi dapat membahayakan ikan dan para pengkonsumsi ikan.
5. Memar dan luka
Ikan mengalami memar dan luka karena saling mengigit atau penangganan yang kurang baik. Penyakit ulcus syndrome pada ikan kerapu yang diidentifikasikan disebabkan oleh bakteri vibrio sp. (vibriosis) berawal dari memar dan luka pada ikan (Anonim, 1994).
Selama pengangkutan perlu diperhatikan agar kondisi lingkungan dalam media pengangkut tetap baik, sehingga ikan tidak mengalami gangguan. Untuk menjaga kondisi media pengangkut tetap baik, perlu diperhatikan waktu pengangkutan, jumlah ikan yang diangkut, dan jarak yang ditempuh. Di dalam wadah pengangkut, ukuran ikan harus seragam, terutama ikan-ikan yang mempunyai sifat kanibal (saling memangsa) seperti ikan kerapu, kakap, kuwe, gabus, dan ikan-ikan karnivor lainya. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi saling menyerang antara ikan yang dapat menyebabkan memar dan luka pada ikan. Sebab ikan yang memar dan luka hanya cepat stres, tetapi bagian tubuh yang memar dan luka merupakan media potensial untuk diserang penyakit.
6. Cacat
Ikan cacat akan kesulitan memperoleh makanan, baik karena pergerakannya lambat atau karena kecacatannya sehingga mengalami kekerdilan. Dan karena itu, sulit bersaing terutama dalam memperoleh makanan. Walaupun demikian ikan cacat bukan hanya merupakan penyakit (non-infeksi) bawaan, tetapi juga karena perlakuan pembenih yang tidak tepat. Misalnya, ikan yang mempunyai kebiasaan memakan makanan di dasar perairan, oleh pembenih diberikan makanan terapung. Perlakuan seperti ini akan menyebabkan ikan menderita mata juling. Begitu juga ikan yang mengalami pembengkokan tulang. Mungkin saja telur ikan ditetaskan terserang penyakit terlebih dahulu sebelum menetas. Oleh karena itu, pembenih juga harus dapat memastikan media air yang digunakan maupun telur yang hendak ditetaskan adalah dalam kondisi optimal.
7. Kulitas air
Bila kualitas air tidak dalam kondisi optimum untuk keperluan kehidupan ikan, misalya tingkat bahan organik di dasar kolam atau tambak yang tinggi. Kualitas air juga mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan sito-patologi dan histo-patologi pada ikan. Kosentrasi amonia yang tinggi bisa menyebabkan perubahan histologis pada jaringan insang walaupun secara lambat tetapi terus menerus.
Menjaga agar kualitas air tetap optimum bagi kebutuhan ikan yang dibudidayakan, berarti menjaga kesehatan ikan dan mencegah serangan penyakit. Kualitas air yang optimum dapat dipertahankan dari kegiatan memilih lokasi yang ideal, menggunakan dan membuat wadah budidaya yang cocok, dan melaksanakan pengololaan usaha budidaya ikan secara benar, seperti memilih benih yang berkualitas, pemberian pakan yang cukup dan bermutu serta tepat waktu, pergantian air, pengelolaan tanah, dan sebagainya.
8. Hama
Penyakit juga dapat disebabkan oleh hama yang secara sengaja maupun tidak sengaja masuk ke dalam wadah pemeliharaan. Hama selain mengganggu ikan pemeliharaan dalam bentuk memangsa, menyaingi, dan merusak wadah budidaya, juga dapat membawa organisme penyakit seperti virus, perasit, bakteri atau jamur. Ikan pemeliharaan yang terluka akibat terserang pemangsa akan mudah stres, dan bagian yang memar atau terluka merupakan media yang potensial terjadinya serangan penyakit infeksi.
B. PENANGGULANGAN PENYAKIT IKAN
Cara penanggulangan penyakit ikan dengan menggunakan obat-obatan atau secara kimiawi dapat dilakukan di dalam bak (tank treatment) maupun di kolam/tambak (pond treatment). Sedangkan teknik-teknik yang digunakan sebagai berikut :
1. Jangka pendek
Untuk penanggulangan penyakit ikan jangka pendek (short duration) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Metode perendaman (Dip Method)
Metode perendaman dilakukan dengan memakai dosis konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang pendek, tidak lebih dari beberapa detik. Ikan yang diobati dengan cara ini dimasukan kedalam jaring dan dicelupkan. Cara ini diterapkan pada pengobatan ikan dan telur ikan.
b. Metode pembilasan (Rapis (Flus)
Metode pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi yang relatif tinggi, ikan dibilas sekaligus sambil dilakukan penggantian air. Biasanya cara ini diterapkan untuk telur ikan.
2. Jangka panjang
Penanggulangan penyakit ikan jangka panjang (prolonged treatment) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
a. Metode pemandian (Bath Method)
Metode pengobatan dengan cara pemandian dilakukan sekitar 1 jam. Selama pengobatan ikan selalu diamati. Aerasi juga terus menerus diberikan selama pengobatan (pemandian).
b. Perlakuan dengan aliran air tetap ( Constant Flow Treatment)
Metode ini diperlukan alat aliran air tetap (constan flow apparatus). Lama pengobatan untuk metode ini sekitar 1 jam.
3. Jangka waktu tak terbatas
Metode pengobatan ikan sakit dalam jangka waktu tak terbatas (indefinite treatment) umumnya dipakai untuk pengobatan dikolam, tambak atau bak-bak yang berukuran besar. Bahan kimia yang digunakan dalam dosis yang rendah untuk jangka waktu yang lama, dan dibiarkan supaya berkurang dan hilang dengan sendirinya.
4. Penyemprotan
Penanggulangan penyakit ikan di kolam atau tambak dapat dilakukan dengan cara penyemprotan. Bahan kimia yang biasanya digunakan adalah dengan jalan penyemprotan yaitu pestida. Pengobatan dengan pestida ini hanya dilakukan sebagai cara terakhir, setelah cara yang lain tidak yang efektif.
5. Penyuntikan
Pengobatan melalui penyuntikan biasanya dilakukan untuk ikan-ikan yang berukuran besar atau induk-induk ikan. Penyuntikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
a. Secara Intra Peritoneal (IP), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian belakang dari rongga perut, tepat di depan sirip perut (diusahakan agar tidak melukai usus ikan).
b. Secara Intra Muscular (IM), yaitu penyuntikan dilakukan pada bagian tengah otot punggung dekat sirip punggung (kurang lebih 3 sisik di bawah ujung belakang sirip punggung).
6. Pengobatan melalui makanan
Apabila ikan yang terserang penyakit masih mau makan (belum kehilangan nafsu makannya) maka pengobatan dapat dilakukan melalui makanan. Caranya, obat yang hendak digunakan dicampur dengan makanan (sesui dosis) sesaat sebelum makanan diberikan.

C. PENANGGULANGAN HAMA
Hama adalah organisme yang dapat menimbulkan ganguan pada ikan budidaya secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menanggulangi serangan hama lebih ditekankan pada system pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berasil, tetapi tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem, termasuk hewan ternak, ikan budidaya, manusia, dan musuh alami yang mengkonsumsinya (hama). Dengan kata lain, apabila masih ada cara yang dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang baik, maka tidak perlu menggunakan obat-obatan, apa lagi obat-obatan buatan pabrik (pestisida anorganik). Oleh karena itu, penanggulangan hama umumnya dilakukan dengan cara mekanis. Pemberantasan secara mekanis sebaiknya dilakukan petani ikan pada saat sebelum penebaran benih. Cara ini merupakan tindakan pencegahan (preventif). Cara pencegahan ini lebih menguntungkan karena tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada lingkungan, mudah dan murah pelaksanaannya, tidak berpengaruh buruk pada usaha budidaya dan memberikan pengaruh yang cukup lama.
Tindakan pencegahan seperti menyiapkan kondisi kolam/ tambak yang sempurna dengan perlakuan pengolahan tanah yang baik, pengeringan yang memenuhi syarat, pengapuran dengan dosis yang sesuai pH dan sifat tanah, mempertinggi peranan dan fungsi saluran, pintu air dan alat penyaringannya dalam kolam/tambak, akan memberikan andil yang sangat besar dalam usaha penanggulangan hama.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda