Nautica

Mari bersama mencerdaskan anak bangsa dengan berbagi ilmu

Kamis, 08 Oktober 2009

Budidaya Ikan Nila

BUDIDAYA IKAN NILA
(Oreochromis niloticus)
By Ismet Leuge Perlak

I. Sejarah Singkat
Ikan nila (Oreochromis sp.) termasuk salah satu jenis ikan yang amat potensial untuk dibudidayakan secara intensif karena ikan nila memiliki sifat biologi yang menguntungkan antara lain mudah berkembangbiak, pertumbuhannya cepat, pemakan segala bahan makanan (omnivora), daya adaptasinya luas, dan toleransinya tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan.
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ikan adalah dengan memanfaatkan perairan umum salah satunya adalah daerah pesisir pantai. Lahan perairan umum masih sangat potensial untuk pengembangan budidaya ikan. Perkiraan potensi lahan perairan umum untuk budidaya ikan di Indonesia sekitar 135.700 hektar. Ikan nila dipilih sebagai salah satu komoditas yang dibudidayakan di daerah pantai karena toleran terhadap salinitas, pertumbuhannya cepat, respons yang baik terhadap kondisi berjejal dan pakan buatan (pelet) cukup baik serta rasa dagingnya yang enak, sehingga memiliki keunggulan komparatif sebagai komoditas andalan dan mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan.
II. Persyaratan Lokasi Untuk Budidaya Ikan Nila
Sebelum melaksanakan budidaya ikan nila, sebaiknya dilakukan observasi terhadap lokasi yang akan dijadikan lahan untuk budidaya ikan nila. Adapun syarat-syarat lokasi yang menunjang antara lain :
a. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
b. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
c. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
d. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/ limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
e. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
f. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
g. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C.
h. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
III. Persiapan Kolam
Jenis kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan nila berupa kolam dengan jenis tanah liat atau liat berpasir. Sebaiknya kedalam kolam yang akan dibuat berkisar antara 0.5 – 1m. kedalaman kolam mempengaruhi tingkat kesuburan kolam, dimana kedalaman berpengaruh terhadap banyaknya sinar matahari yang masuk yang berperan dalam proses fotosintesis sehingga menyebabkan tersedianya makanan alami bagi ikan.
Kolam harus memiliki saluran pemasukan dan pengeluaran air. Hai ini penting untuk mengatur sirkulasi air di kolam. Sebelum kolam diisi air sebaiknya Kolam dikeringkan dan dijemur selama 4-7 hari/sampai dasar kolam retak-retak. Hal ini berguna untuk membasmi hama dan bibit penyakit.
Pemberian kapur pada kolam dengan dosis 10-25 gram/m2, hal ini berguna untuk membasmi bibit penyakit yang masih terdapat di dasar kolam dan selain itu juga dapat meningkatkan PH air.
Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang maupun pupuk buatan. Hal ini perlu karena ikan nila menyukai pakan plankton. Pupuk kandang paling baik diberikan pada awal persiapan kolam dengan dosis 250 g/m3, setelah kolam diisi air selanjutnya diberikan pupuk anorganik berupa urea dan TSP dengan dosis masing-masing 2.5 g/m2 dan 1.25 g/m2.
sumber air dapat berasal dari sungai, danau, mata air atau air sumur. untuk pengisian pertama, kolam diisi air hingga ketinggian 5-10 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari. hal ini berguna untuk tumbuhnya makanan alami di kolam. selanjutnya kolam diisi penuh dan dilanjutkan dengan pemupukan dengan pupuk organik.
IV. Penebaran Benih
Ciri-ciri benih yang baik adalah berwarna cerah dan pergerakannya lincah. Penebarannya berkisar sekitar 15-20 ekor/M2 tergantung dengan ukuran benih. Sebelum ditebar, benih disucihamakan terlebih dahulu dengan direndam pada larutan Kalium Permanganat (PK) atau garam dapur selama 1-2 hari. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Saat penebaran, dilakukan Aklimatisasi (memasukkan kantong benih kedalam kolam sehingga air kolam masuk ke wadah benih sedikit demi sedikit) kemudian secara perlahan benih dikeluarkan.
V. Pemberian Pakan
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla).
Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda