Nautica

Mari bersama mencerdaskan anak bangsa dengan berbagi ilmu

Kamis, 08 Oktober 2009

Teknik Pemijahan Induk Udang

Teknik Pemijahan
By Ismet Leuge Perlak

Pada prinsipnya teknik pemijahan yang banyak diterapkan dalam pembenihan udang galah adalah bersifat alamiah seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Walaupun proses perkawinan dipengaruhi proses moulting, yang mana terkait dengan kelenjar hormon yang ada pada tangkai mata, namun dalam proses pemijahan, tidak lazim dilakukan pemotongan tangkai mata (ablasi) untuk merangsang terjadinya proses tersebut.
Teknik pemijahan secara alami dengan menggunakan jumlah induk yang memadai umumnya mampu menghasilkan jumlah larva (naupli) yang ditargetkan. Akan tetapi sudah tentu target tersebut dapat tercapai melalui penerapan manajemen teknik dengan pertimbangan dan perencanaan yang matang dan sangat ditentukan oleh pengalaman. Berikut ini dijelaskan beberapa perencanaan dan pertimbangan terkait dengan teknik pemijahan.
Wadah pemijahan
Wadah pemijahan yang dapat digunakan antara lain antara lain : kolam tanah, bak beton, bak serat kaca maupun akuarium. Penggunaan wadah tersebut sangat terkait dengan tingkat penanganan yang akan diterapkan, sebagai contoh pemijahan induk di akuarium memerlukan penanganan yang lebih, dimana memerlukan system aerasi, pergantian air yang rutin bahkan mungkin pemanas air, sementara jumlah induk yang dipeliharapun terbatas. Oleh karena itu wadah yang banyak yang dipakai di unit-unit pembenihan umumnya berupa kolam atau bak beton dengan luasan yang cukup memadai sesuai jumlah induk yang dikelola. Persyaratan wadah untuk kolam pemijahan adalah sama seperti halnya wadah pemeliharaan untuk pematangan. Kolam memiliki pemasukan air dan pintu pengeluaran. Debit air yang masuk ke kolam kurang lebih 0,5 l/detik. Kolam dilengkapi pula dengan dengan system kemalir dan kobakan yang akan memudahkan pada saat panen/seleksi.
Persiapan kolam yang perlu dilakukan meliputi, pengeringan, perbaikan dasar, pematang serta kemalir kolam, dan pengapuran dengan dosis 50 gram/m2. Hal lain yang harus dilakukan adalah pemasangan shelter/tempat berlindung bagi udang yang sedang berganti kulit. Untuk hal ini dapat digunakan daun kelapa dan ranting pohon. Kedalaman air di kolam yang ideal untuk pemijahan antara 80 - 100 cm.
Teknik Pengelolaan Pemijahan
Dalam proses pemijahannya induk udang galah dapat dipijahkan sepanjang tahun. Proses pemijahan umumnya terjadi pada malam hari tapi dapat pula terjadi pada siang hari. Seperti telah dijelaskan sebelumnya udang galah yang sudah siap dipijahkan ditandai dengan penampakan gonade berwarna merah oranye/kuning yang meliputi sebagian besar rostrum/kepala , akan terlihat jelas tampak atas. Pemijahan dilakukan secara massal di kolam /wadah pemijahan. Beberapa aspek teknis yang perlu diperhatikan antara lain, dijelaskan dibawah ini.
Perbandingan jantan dan betina
Perbandingan jantan dan betina dalam kegiatan pemijahan tergantung dari tujuannya. Perbandingan jantan : betina (1 : 3) adalah sangat umum dilakukan untuk suatu kegiatan produksi benih sebar untuk keperluan pembesaran. Adapun untuk tujuan perbanyakan induk - induk alam umumnya dilakukan dengan perbandingan (1 : 1).
Pakan dan Pemberian Pakan
Kandungan nutrisi dari pakan yang diberikan akan sangat mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan. Karena itu kandungan protein dari pakan yang diberikan sebaiknya tidak kurang dari 30%. Jumlah pemberian pakan adalah 3 - 5 % dari bobot induk yang ada, dengan frekwensi pemberian pakan 4 kali/hari. Jumlah pemberian pakan pada malam hari dianjurkan lebih banyak.
Pengelolaan air
Air yang digunakan dalam proses pemijahan adalah berupa air tawar (kadar garam 0 ppt). Pengelolaan air di kolam pemijahan memegang peranan pula, secara umum harus memenuhi kriteria persyaratan kualitas air untuk udang galah, dan jumlah pergantian air pun diperhatikan pula. Jadi pada kolam pemijahan, air mengalir harus selalu ada. Setiap satu minggu sekali sebaiknya dilakukan pergantian air hingga kurang-lebih 50%. Pergantian air ini akan terkait dengan mekanisme proses moulting dari induk udang, sehingga turut berpengaruh dalam keberhasilan proses pemijahan.
Seleksi induk matang telur
Dalam pengamatan produksi dilapangan, hasil kegiatan pemijahan biasanya dapat dievaluasi setelah 21 hari, dari mulai induk disatukan dalam wadah pemijahan. Seleksi induk matang telur dilakukan dengan mengeringkan kolam pemijahan, kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Pagi hari sebaiknya kolam sudah kering dan induk tertampung semua dalam kobakan, pada kondisi ini air sebaiknya terus mengalir. Oleh karena itu system kemiringan kolam, kemalir dan kobakan harus diterapkan dengan baik, sehingga induk terjaga dari kematian.
Induk-induk dipanen secara hati-hati dan dikumpulkan di hapa atau bak penampungan yang sudah disiapkan sebelumnya dan dilengkapi dengan system air mengalir. Setelah kondisi induk disegarkan beberapa saat, makan proses seleksi/pemilihan induk matang telur dapat segera dilakukan. Berdasarkan pengamatan dilapangan tingkat kematangan telur induk dapat bervariasi dari mulai oranye, kuning hingga colat keabu-abuan. Induk yang siap ditetaskan adalah yang berwarna coklat keabu-abuan, induk ini secara hati-hati harus segera dipindahkan ke bak penetasan yang telah disiapkan sebelumnya (air yang digunakan untuk penetasan mengandung kadar garam kurang lebih 5 ppt). Untuk induk-induk dengan warna telur, oranye dan kuning dipisahkan pada kolam atau bak Khusus untuk dimatangkan lebih lanjut. Sedangkan induk jantan dapat dipelihara kembali di kolam pemulihan/pemeliharaan induk dan dipisah dari induk betina.
Jumlah Induk Yang Dikelola Terkait Perencanaan Produksi
Dalam pengelolaan suatu unit usaha pembenihan udang galah, jumlah induk yang dikelola sangat menentukan bagi keberhasilan suatu perencanaan produksi. Setelah target produksi juvenil (post larva) ditetapkan sesuai dengan beberapa pertimbangan ekonomis, maka mulailah dilakukan perhitungan secara mundur berapa jumlah induk yang harus dikelola, agar target produksi tersebut dapat dicapai.
Terkait dengan Induk dan pengelolaanya maka beberapa hal yang perlu dicatat dan diperhatikan dalam perencanaan produksi antara lain sebagai berikut:
1. Jumlah telur yang dihasilkan oleh betina (fecundity ). Sangat terkait dengan ukuran induk yang digunakan, dan tingkat pemeliharaan yang dilakukan terkait pengelolaan air dan pakan yang diberikan,
2. Data hubungan antara bobot induk matang telur terkait dengan jumlah larva/naupli yang dihasilkan. Data ini mencerminkan kualitas telur yang dihasilkan,
3. Data jumlah prosentase jumlah induk yang bertelur dan matang telur dihubungkan jumlah betina seluruhnya,
4. Jumlah jantan dan betina yang digunakan perbandingannya sesuai.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda